Proyek DAK TK Pembina Tunggal Warga Diduga Ajang Korupsi Berjamaah

IMG-20200115-WA0000.jpg

CAKRA.TV , TULANG BAWANG – Proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) ruang kelas baru (RKB) dan rehap sedang / berat tahun tahun 2019 senilai Rp246 juta di Taman kanak-kanak (TK) Pembina Kampung Tunggal Warga, Kecamatan Banjar Agung, Kabupaten Tulangbawang diduga menjadi ajang korupsi berjamaah.

Pasalnya, proses pengerjaannya dilakukan secara sepihak. Suami kepala sekolah (kepsek) atas nama Hendri (E’eng) yang menjadi kontraktor atau pemborongnya.

Semestinya, pihak TK Pembina melibatkan ketua pelaksana pembangunan dan wali murid dalam proses pembangunan RKB dan rehap ruang kelas. Suami kepsek TK Pembina mengambil alih proyek tersebut.

Ketua panitia pelaksana pembangunan Sugianto saat dikonfirmasi mengaku tidak mengetahui secara pasti progres pelaksanaan pembangunannya. Karena tidak dilibatkan secara utuh.

“Saya tidak tahu pak. Proses pembangunan telah dilaksakan pada saat saya ditunjuk sebagai ketua panitia pembangunan. Lihat sendiri dan pantau sendiri proses realisasinya,”ujarnya, terlihat muka kesal.

Ia mengaku bahwa dirinya telah ditunjuk dan di SK kan untuk menjadi ketua panitia pembangunan. Tapi dalam proses pengerjaannya diatur langsung oleh orang lain yang diduga suami ibu kepala sekolah. Semuanya sudah ada yang mengaturnya.

“Saya ditunjuk sebagai ketua panitia pembangunan. Tapi saya tidak tahu dan tidak diberi tahu nota nota belanja material. Saat saya tanyakan kepada bendahara tapi tidak diresponnya. Diacuhkan,”terangnya.

Sebagai ketua panitia pembangunan, lanjutnya, ia berniat akan merealisasikan proyek DAK itu secara baik dan benar. Mengedepankan kualitas. Bangunan harus bagus dan indah. Karena nantinya akan dinikmati sepanjang waktu.

“Awalnya akan saya bangun yang bagus. Kualitasnya bagus. Desain seni yang bagus. Motif dan corak yang bagus, menyesuaikan kebutuhan anak – anak sebagai pendidikan taman kanak-kanak,”terangnya.

Kepala TK Negeri Pembina Mery, saat dikonfirmasi mengakui kesalahan terkait proses pembangunan ruang kelas baru dan renovasi yang tidak melibatkan panitia pembangunan.

“Saya punya pengalaman enggak bagus atau buruk. Pembangunan dilaksanakan komite dan hasilnya tidak selesai uangnya habis. Bangunannya mangkrak. Dulu saya punya pengalaman begitu. Saya juga baru pindah menjadi kepala sekolah disini,”ujarnya saat dikonfirmasi di TK negeri pembina.

Liputan Jonan Reporter Cakra

Tinggalkan Komentar Anda

scroll to top